Tuhanku…
Jelmaan luka itu menggoyahkan jejaring yang selama ini kurenda. Tubuhku renta seiring detak yang masih saja tersisa. Harus pada siapa kuadu? Derai air menganak sungai di pipi. Tanpa lelah. Tanpa butuh sembunyi lagi.
Engkau mau mendengarkanku, kan?
Getar dan ucap semat kian lama kian gentar menggedor-gedor telinga. Aku seperti penguping dari balik tembok yang tak punya kata-kata. Bisakah waktu menjadi obat? Mampukah hari kembali sedia kala?
Tuhanku…
Aku mengadu atas nama jerit hatiku. Di tengah malam yang hilir mudik diramaikan malaikat, kutangiskan sebuah harap dan cinta yang pekat.
Mohon kebaikan untuk mereka. Mohon lembutkan hati mereka. Mohon jadikan langkah mereka adalah sebuah amalan yang indah.
Tuhanku…
Aku bisa bersabar. Pasti. Tapi kumohonkan pada-Mu.semua jalan terbaik untuk penyelesaian kemelut ini. Aku yang tanpa apa-apa, Kau yang maha serba bisa.
Tuhanku… Sungaiku kian beranak pinak. Tapi kumohon telaga pada-Mu untuk menampungnya. Hati yang seluas samudera. Jiwa yang merdeka. Senyum dan tawa yang jembali sua.
Tuhanku.. Aku rindu mengobrol denganMu.